Mendengar kata “Penglipuran” mungkin bagi sebagian besar orang tidak asing lagi, terutama bagi pencinta wisata tradisional, Ya…., Penglipuran adalah nama sebuah desa yang terletak di Kabupaten Bangli, Desa ini berjarak kurang lebih 2,5 Km dari pusat kota Bangli dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit dari kota Bangli dan Sekitar 2 Jam 15 menit dari Bandara Ngurah Rai
Melihat dari segi Arsitekturnya, Desa Penglipuran mempunyai ciri tersendiri, Mulai dari pintu utama atau “Angkul-Angkul” , Pintu utama pada setiap Rumah di Desa Penglipuran berdiri dengan model/bentuk dan bahan yang sama,dimulai dari pondasi yang menggunakan tanah dan batu dengan sedikit semen, lalu batu bata digunakan sebagai sebagai bahan dasar “Angkul-Angkul” tersebut, atap dipilih menggunakan bambu agar selaras dengan penggunaan batu bata selain itu penggunaan bambu sebagai atap karena di Desa Penglipuran sangat mudah mendapatkan bambu.
Menuju ke dalam, Desa Pengipuran masih menggunakan ajaran “Asta Kosala Kosali” yang merujuk ke arah pengaturan tata letak, hal ini sangat jelas dengan selau adanya “Bale Daja” yaitu bangunan yang terletak disebelah utara yang biasanya difungsikan untuk tempat tidur orang yang dihormati, melihat dari segi arsitekturnya, Bale Daja biasanya memiliki pondasi hingga 80-100 cm dan selalu terdiri dari 2 Jendela bergaya bali yang mengapit 1 pintu bergaya bali pula dan ditopang oleh 4 sendi yang berdiri sejajar, yang kedua “Bale Dangin”, yaitu bangunan yang dilihat yang terletak di timur yang difungsikan sebagai teras,atau difungsikan sebagai tempat peristirahatan sementara bagi orang yang sudah meninggal dunia, dan jika dilihat dari segi arsitekturnya bagunan ini memiliki pondasi sekitar 50-90 cm dari tanah dan selalu memiliki sendi bergaya bali dengan jumlah minimal 8 buah , dan yang ketiga adalah “Bale Dauh” dan “Paon Penyakanan”, Bale Dauh adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat tidur kalangan keluarga, Bangunan ini biasanya sudah mengalami modifikasi sesuai dengan keperluan seperti Kamar mandi dan Ruang tamu yang terletak di dalam, Di Penglipuran bangunan ini masih dibuat dengan pondasi 30cm dari permukaan tanah, dengan dinding dari anyaman bambu dan atap mengikuti dari Angkul-angkul yaitu dari bambu, dapur dalam bahasa bali disebut dengan “Paon Penyakanan” , bangunan ini biasanya terletak di sebelah selatan, dan menggunakan pondasi dari tanah liat yang sudah mengering, anyaman bambu sekali lagi dipilih sebagi dinding, dan atap juga terbuat dari bambu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar